TEKNIK PEMBENIHAN
IKAN ARWANA
(Scleropages sp)


Oleh :
ACHMAD FITRIYANTO
NRP. 50144110725
PROGRAM
DIPLOMA IV
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR
JURUSAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN
SUMBERDAYA PERAIRAN
SEKOLAH TINGGI
PERIKANAN
JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan
kepada Allah SWT, karena hanya dengan izin dan kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan PAPER I, dengan judul “TEKNIK PEMBENIHAN IKAN
ARWANA (Scleropages sp)”. yang
disusun sebagai salah syarat untuk mengikuti ujian akhir semester
IV.
Penulis mengucapkan terima
kasih kepada ibu Amyda Suryati Panjaitan, A.Pi., M.Si selaku dosen
bimbing dalam penyusunan PAPER I. penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1.
Bapak
Dr. Ir. I Nyoman Suyasa, MS Selaku Ketua Sekolah Tinggi Perikanan
2. Ibu
Maria Goreti E.K, S.St.Pi., M.Pi., Selaku Ketua Jurusan Teknologi Pengelolaan
Sumberdaya Perairan
3.
Bapak
Dr. Mugi Mulyono, S. St.M.Si, Selaku Ketua Program Studi Teknologi Akuakultur
4.
Semua
Pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian Paper I ini.
Penulis menyadari bahwa
PAPER I ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga bantuan berupa kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis. Akhirnya penulis hanya
berharap semoga Paper I ini dapat bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan dan
bermanfaat bagi kita semua.
Serang, Mei 2016
Achmad fitriyanto
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR .................................................................................................
DAFTAR
ISI
...............................................................................................................
DAFTRA
TABEL .......................................................................................................
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang .......................................................................................
1.2
Tujuan
.....................................................................................................
BAB
11 TINJAUHAN PUSTAKA
2.1
Klasifikasi Ikan Arwana ........................................................................
2.2
Morfologi ................................................................................................
2.3
Sifat Ikan Arwana ..................................................................................
2.4
Jenis Ikan Arwana .................................................................................
2.5
Kebiasaan Makan .................................................................................
2.6
Habitat dan Siklus Hidup ......................................................................
BAB
III PEMBENIHAN IKAN ARWANA
3.1
Persiapan Media Pemeliharaan ............................................................
3.1.1
Pemilihan Lokasi .................................................................................
3.1.2 Alat dan Bahan
....................................................................................
3.1.3 Sumber Air ...........................................................................................
3.1.4 Bak Penampungan dan Penyaringan Air
.............................................
3.1.5 Kolam Pembenihan ..............................................................................
3.1.6 Bak Fiber ..............................................................................................
3.2 Pengadaan dan Persiapan Calon Induk
................................................
3.2.1 Pengadaan
Calon Induk .......................................................................
3.2.2 Pemeliharaan Calon Induk ...................................................................
3.2..3
Pengelolaan Air Induk .........................................................................
3.2.4
Pemberian Pakan .................................................................................
3.2.5
Pemasukkan Calon Induk ke Kolam .....................................................
3.2.6 Perawatan Calon Induk di dalam Kolam
...............................................
3.3
Proses Pembenihan Arwana ....................................................................
3.3.1 Perilaku
Calon Induk Sebelum Memijah ...............................................
3.3.2 Pemijahan Induk Arwana
......................................................................
3.3.3 Pengeraman dan Penetasan Telur
.......................................................
3.3.4 Cara dan Waktu Pemanenan Larva
......................................................
3.3.5 Perawatan Larva
...................................................................................
3.3.6 Pemberian Pakan Larva ........................................................................
3.4
Pengendalian Hama dan Penyakit............................................................
3.5 Penan
..........................................................................................................
3.5.1
Pengemasan Benih ...............................................................................
3.5.2 Jenis Kemasan dan Cara Pengemasan
................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Arwana (Scleropages sp) adalah ikan hias yang
memiliki sosok tubuh pipih memanjang dengan sisik indah berkilauan. Ikan ini
tambak begitu anggun mempesona saat berenang di perairan, begitu tenang, kalem,
dan berwibawa. Tak heran jika sosok arwana yang memiliki julukan ” si ikan
kayangan” ini bisa membuat orang jatuh hati saat memandangnya.
Arwana atau arowana, dalam
beberapa literatur dinyatakan sebagai jenis ikan hias air tawar yang berasal
dari Brazil, Amerika Selatan. Arwana brasil ini termasuk genus Osteoglossum.
Meskipun demikian, di Indonesia terdapat beberapa jenis ikan hias yang sangat
mirip dan masih satu kerabat dengan arwana brazil. Ikan-ikan ini memiliki nama
antara lain ikan kayangan, ikan naga, silok, kaleso, kalikasi, peyang, tengkuso
dan tangkaleso. Arwana asli Indonesia ini termasuk genus Scleropages. Oleh para
hobiis, ikan-ikan ini disebut dengan arwana asia.
Para
ilmuwan mengatagorikan arwana ke dalam kelompok ikan purba. Pasalnya, berbagai
fosil ikan ini perna ditemukan di beberapa tempat, seperti di kawasan
Australiana dan kawasan Oriental. kawasan Austaliana ini meliputi wilaya
Australia, Irian Jaya, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Sementar itu,
kawasan Oriental meliputi wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk
Filipina, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Diduga, fosil tersebut berumur 10-60
juta tahun.
Ditemukannya
fosil-fosil tersebut memunculkan dugaan bahwa pola penyebaran arwana mengikuti
evolusi bumi. Hal ini disebabkan menurut salah satu teori, benua Asia dan
Australia konon perna menyatu sebagai sebuah daratan. Setelah bumi mengalami
evolusi, daratan Asia dan Australia terpisah, sehingga arwana menyebar di
perairan kedua benua tersebut. Dugaan ini setidaknya didukung pula dengan
pernah ditemukannya fosil Scleropages
di daerah Sumatera bersama satu ekor ikan
purba yang kini sudah punah, yakni Musperia.
Ikan Musperia ini mirip dengan fosil ikan purba phareodous yang perna ditemukan di benua Australia. Ikan purba ini
oleh para ahli diperkirakan telah berumur 30-40 juta tahun.
Di
Indonesia, arwana tergolong ikan hias yang sangat populer. Populeritasnya jauh
lebih dahulu ketimbang lou han yang kini menjadi fenomena di kalangan pencinta
ikan hias air tawar. Popularitasnya arwana yang konon merupakan titisan dewa
ini tidak hanya disebabkan oleh keindahan warna dan bentuk tubuhnya, tetapi
juga oleh mitos yang melingkupinya.
Beberapa
mitos arwana yang diyakini sebagian orang ini antara lain memelihara arwana
dapat membawa hoki, melancarkan rezeki si pemelihara, dapat menolak bala, dan
memberi pertanda atau firasat khusus tentang peruntungan nasib.
Di Cina, arwana diberi
nama jin lung yu yang bararti ikan
naga emas. Namun ini diberikan karena tampilan fisik arwana yang bersisik mirip
sisik naga (liong). Di sana, arwana
dianggap membawa keberuntungan dan dipercaya dapat memberikan kekuatan magis
bagi pemiliknya. Kerenanya, tidak mengherankan jika baju perang para panglima
dan kaisar di negara Cina dulu bermotifkan sisik arwana. Motif ini merupakan
simbol keberhasilan, keperkasaan, dan kejayaan kekaisaran cina. Konon, motif
sisik ini juga dipercaya dapat memberi tambahan kekuatan magis bagi
penggunanya. Di Cina juga banyak terdapat bukti peninggalan sejarah berupa
lukisan kuno dan dongeng seperti arwana yang kini melegenda. Keindahan tubuh
arwana saat meliuk-liuk angkuh di perairan dapat menghibur, menjadi obat stres,
dan menghilangkan penat bagi orang yang memandangnya (Apin, 2004)
1.2 Tujuan
A. Mengetahui teknik pembenihan ikan arwana
B. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi pemelihraan larva ikan arwana
A. Mengetahui teknik pembenihan ikan arwana
B. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi pemelihraan larva ikan arwana
Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
BAB
II
TINJAUHAN
PUSTAKA
2.1 Klasifikasih Ikan
Arwana
Menurut Apin (2004), Klasifikasih ikan
arwana (Scleropages sp) adalah sebagai berikut:
Filum :
Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas :
Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo :
Malacopterygii
Familli : Osteoglossidae (Bonytongues)
Genus : 1. Osteoglossum
Spesies :
Osteoglossum bicirrhosum
Osteoglossum ferreirai
2. Scleropages
Spesies :
Ocleropages formosus
Ocleropages guntheri
Ocleropages leichardti
Ocleropages jardini
3. Arapaima
Spesies :
Arapaima gigas/ piracucu /
Paiche
4. Clupisudis
Spesies :
Clupisudis niloticus / Hero-tun
nilotic (nile aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarowana)aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Ciri-ciri Ikan Arwana:
Menurut Dermawan, A.
(2010), badan pipih memanjang, punggung hampir lurus datar mulai dari moncong
sampai pangkal sirip punggung. Mulut lebar dan miring ke atas, dua sungut yang
besar pada dagunya, sisik lebar dan kasar serya dihiasi oleh garis-garis.
Lingkar sisiknya memancarkan warna merah menyala kekuning-kuningan. Semakin tua
umur ikan warna lingkaran sisik akan semakin merah, ikan ini dapat mencapai
panjang total 90 cm.
Menurut Wibawa, S. (2013),
arwana di alam berenang di dekat permukaan untuk berburu mangsa. Ia dapat
menerima segala jenis pakan untuk ikan karnivora, tetapi sering kali sangat
menyukai salah satu jenis pakan saja dan menolak jenis lainnya. Sebagai ikan
peloncat, di alam ia bisa menangkap serangga yang hinggap di ranting dengan
ketinggian 1-2 meter dari permukaan air.
Arwana tergolong ikan Teleosstei, yaitu golangan ikan yang
tulang-tulangnya terdiri dari tulang besar (keras) dan dilengkapi tutup insang.
Pada tingkat yang lebih rendah, termasuk ke dalam ordo (bangsa) Malacopterygii, yaitu kelompok ikan yang
mempunyai bentuk badan biasa (tidak seperti ular), bersisik, kadang-kadang
seluruh atau sebagian tertutup kelopak-kelopok tebal, garis rusuk (jika ada) di
atas sirip dada, sirip punggung terdiri dari atas jari-jari lemah yang
berbuka-buka atau berbelah dengan sebanyak-banyaknya dua atau empat jari-jari
keras, dan bersirip perut yang letaknya jauh di belakang, yaitu di depan sirip
dubur.
Pada tingkat selanjutnya
arwana merupakan famili Osteoglossidae
Bony tongoued fish yang mempunyai
garis rusuk, tidak bertulang dagu, kepalanya tidak bersisik, perutnya tidak
tipis, bergigi, sirip dubur berseberangan dengan sirip punggung, sisiknya
besar, rahang bawahnya dilengkapi sepasang sungut, dan merupakan ikan air
tawar.
Untuk lebih jelasnya
ikutilah pembahasan mengenai ciri-ciri ikan arwana di bawah ini.
1.lKepala
Bentuk dan penampilan
arwana termasuk cantik dan unik. Tubuhnya memanjang, ramping dan stream line, dengan gerakan renang
sangat anggun. Di dalam, ia mempunyai variasi warna, seperti hijau, perak, atau
merah. Sedangkan bentuk kepalanya bertulang kokoh.
2.kTubuh
Tubuhnya pipih dan
punggungnya datar, hampir lurus dari mulut hingga sirip pungung. Garis lateral
atau gurat sisi yang terletak di samping kiri dan kanan tubuhnya memiliki
ukuran panjang 20-24 cm. Tubuhnya memanjang, berselubung sisik besar, dan
saling bertumpuk membentuk mosaik yang indah.
3.nSisik
Salah satu bagian tubuh
yang sangat penting dan sering kali menentukan kualitas ikan arwana adalah
kondisi susunan dan motif sisik, terutama dilihat dari kesempurnaan bentuk sisik dan
warnanya. Bagian sisik memiliki warna utama yang disebut warna dasar (base color).
Warna dasar ini biasanya
dikelilingi warna lain yang lebih gelap atau pudar, dan berpola melingkar atau
cincing yang disebut cincing kedua. Sedangkan pola warna cincin yang terdapat
pada bagian paling luar atau paling tepi dari sisik disebut cincin pertama.
Sisik
arwana dibagi menjadi enam level (tingkat atau baris) yang dihitung dari arah
badan bagian bawah ke atas. Level atau baris sisik pertama terdapat pada bagian
perut, baris sisik yang terletak di atas perut di sebut level kedua, demikian
seterusnya hingga level keenam yang berada di bagian paling atas (punggung).
Level sisik ini sangat penting dalam menentukan kualitas arwana, terutama
arwana emas (Red Tail Golden atau Indonesia Golden dan Crossback Golden dari
Malaysia).
Untuk
lebih gampangnya, banyak yang memberi nama arwana berdasarkan warna sisiknya, misalnya arwana
hijau (Green Arwana), arwana hitam (Black Arwana), arwana perak (Silver
Arwana), arwana kuning (Golden Arwana), dan arwana merah (Red Arwana). Arwana
merah dibagi lagi menjadi tiga jenis, yakni merah biasa (Red Banjar), merah
kuning (Golden Red), dan sangat merah (Super Red).
4.mSirip
Sirip punggung dan sirip
anal terletak jauh di belakang tubuh. Sirip dada dan perut berukuran kecil.
Letak sirip punggungnya berdekatan dengan pangkal sirip ekor. Sirip anusnya
lebih panjang daripada sirip punggung (dorsal), hampir mencapai sirip perut
(ventral).
5.mMulut
Ciri unik lainnya dari
arwana adalah adanya semacam pelat tulang yang ditumbuhi gigi dan terletak di
lantai bawah mulut. pelat tulang ini berbentuk seperti lidah sehingga arwana
sering disebut sebagai ikan berlidah tulang (bonytongue
fish).
Sungut arwana berfungsi sebagai sensor getar untuk
mengetahui posisi mangsa di permukaan air. Sungut ini juga termasuk dalam kriteria
penilaian keindahan ikan. Ukuran mulutnya lebar dan rahangnya cukup kokoh, sedangkan
giginya berjumlah 15-17.
2.3
Sifat Ikan Arwana
Arwana merupakan hewan
pemakan daging (karnivora) dan mencari makan di siang hari (diurnal). Ikan yang
berada pada famili ikan berlidah tulang (Osteoglossidae) ini merupakan tipe
penyendiri (soliter), hidupnya di air tawar tropis.
Di alam, arwana hidup di
sungai dan danau yang berarus lambat. Arwana mampu hidup pada kondisi air yang
sedikit asam sampai agak basa, yaitu pada kisaran pH 6,5-7,5. Sementara kisaran
suhu yang dibutuhkan arwana 24-30oC (Suwandi, 2009)
2.4
Jenis Ikan Arwana
Menurut Sudarto, Y. (2005),
keluarga ikan siluk (Scleropages sp)
yang sudah terkenal dalam dunia perdagangan adalah sebagai berikut.
a.aIkan Siluk Merah Super (Super Red)
Jenis ikan Siluk Super Red
berasal dari Kabupaten Sintang (kalbar), terutama di Kec. Ketungau dan Kapuas
Hulu. Knon, jenis ikan Siluk Super Red ini hanya ada di kawasan kabupaten
tersebut. Varitas ikan Siluk merah ini mempunyai ciri warna merah cerah,
sisiknya nampak merah halus mengeluarkan cahaya, sirip dan bibirnya merah
seperti diberi lifstik. Jenis ikan Siluk Super Red adalah yang termahal di
Indonesia.
b.aIkan Siluk Merah (Arwana Red)
Perbedaan antara ikan
Siluk Super Red dan ikan siluk Merah hanya pada bibirnya yang tidak berpoleskan
gincu (Lipstik), sedangkan sisiknya sama berwarna merah. Jenis ikan Siluk ini
terdapat di daerah banjarmasin, sampit. Ikan siluk jenis ini ada yang
menyebutnya Banjar Red.
c.nRed Green Hibrid
Jenis ikan Siluk Red
Hibrid hampir sama dengan Red biasa, hanya ada warna kehijau-hijauaan pada
sisik punggungnya.
d.zGolden
Jenis ikan Siluk Golden
dikenal pula dengan sebutan ikan Siluk bersisik emas. Jenis siluk ini berwarna
kuning kemarah-merahan, lingkar sisik agak kehitam-hitaman, dan bibirnya tidak
berwarna merah. Jenis ikan Siluk Golden berasal dari daerah Jambi dan Riau.
Selain itu, ada juga Golden Red yang berasal dari Karbar dan jambi yang warnanya
kuning keemas-emasan bercampur merah. Beberapa jenis Golden ini ada yang Gold
Hibrid dan Gold Bukit Merah Kedah yang berasal dari Malaysia.
e.aIkan Siluk Green
Ikan Siluk Green dikenal
dengan nama ikan Siluk Hijau. Jenis ikan Siluk ini berwarna hijau agak
kehitam-hitaman atau agak keputih-putihanan. Penyebaran varitas ikan Siluk
Green Siluk di Indonesia terdapat di Sumatra (Palembang dan Jambi), Riau, Kalbar,
Banjarmasin, Sampit, dll. Di Malaysia, ikan Siluk Green dikenal dengan nama Green Malaya Peninsula. Di Kalbar untuk
jenis ini masih dapat dilihat dipasar ikan dijual sebagai ikan konsumsi.
f.aIkan Siluk Silver Indonesia
Jenis ikan Siluk Silver
Indonesia yang sudah cukup dikenal adalah Silver Sumatra dan Silver Hibrid.
g.zIkan Siluk Muatiara
Karakteristik ikan Siluk
Mutiara adalah di sekujur tubuhnya terdapat bintik-bintik putih seperti
mutiara. Badan ikan Siluk Mutiara mirip dengan ikan Siluk Hijau. Bagian perut berwarna
keperak-perakan dan tubuh bagian belakang berwarna kehijau-hijauan. Ikan Siluk
Mutiara mulai disenagi para hobiis sehingga harga untuk yang berukuran besar
dapat mencapai Rp 6.000.000.00/ ekor.
h.aSilver Arowana
Silver Arowana tergolong
keluarga Osteoglossum atau Arowana
dari Brazil. Silver Arowana berwarna perak dan bentuk badannya lebih panjang.
Harga Silver Arowana ini di Indonesia sama dengan harga ikan Siluk Hijau.
i. Black Arowana
Black Arowana sama dengan
Silver dari Brazil. Jenis ikan ini bukan termasuk genus ikan Siluk Indonesia.
2.5
Kebiasaan Makan
Pakan segar seperti udang
air tawar, ikan seribu, anak ikan gabus, katak, kelabang, jangkrik, dan
belalang sangat disukai arwana. Jenis pakan seperti ikan dan katak berguna untuk
pertumbuhan arwana. Udang air tawar, kelabang, jangkrik dan belalang untuk
memperindah dan mencerahkan warna (Perkara, E. B. M. 2007)
Menurut Susanto, H. (2008),
Pada dasarnya jenis pakan arwana dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu binatang
asli penghuni air dan binatang lain yang bukan berasal dari air.
1. Aneka Ikan Hidup
Makanan yang sering diberikan
untuk arwana adalah berbagai jenis ikan hidup. Ikan hias berukuran kecil atau
benih ikan konsumsi yang sering diberikan arwana adalah guppy (Poecilia reticulata), molly (poecilia mollinesia), platys koral
(poecilia maculatus), dan benih ikan mas (Cyprinus caroio).
2.MKadal
Kadal (Mabouya multifasciata) yang banyak
ditemukan disawah dan tergolong ini termasuk makanan yang diminati oleh arwana.
Kadal tergolong hewan melata berkaki empat, berukuran berkisar antara jari
kelingking sampai ibu jari, dan panjang sekitar 5-40 cm. Kadal yang lazim
diberikan arwana adalah kadal kecil.
3.mJangkrik
Semua jangkrik diburuh
untuk didengar suaranya, tetapi sekarang menjadi santapan arwana, baik jangkrik
jantan maupun jangkrik betina.
4.mUlat hongkong
Ulat hongkong dipakai
untuk memberi makan terutama arwana muda atau yang masih burayak. Ulat
sepanjang 3 cm ini sering dijadikan salah satu alternatif pakan ikan.
Ulat hongkong mempunyai
kandungan nutrisi sejumlah 48% protein kasar, 40% lemak kasar, 3% kadar abu, 8%
kandungan ekstrak non nitrogen.
Di habitatnya, arwana
sangat menggemari pakan hidup. Adapun pakan yang digemarinya di antaranya
ikan-ikan kecil, udang, kelabang, jangkrik, cacing, katak, cicak, dan serangga.
Untuk mendapatkan makanan kesukaannya tersebut, arwana tidak merasa sungkan untuk
melakukan aksi-aksi spektakuler. Dalam sebua film discovery diperluhatkan
bagaimana seekor arwana di dalam sungai melompat tinggi untuk menangkap seekor
serangga (Suwandi, 2009)
Arwana termasuk jenis ikan
hias yang tidak terlalu banyak berganti-ganti jenis pakan, terutama arwana yang
dibudidayakan atau dipelihara di rumah, selain itu arwana lebih menyukai pakan
alami yang masih segar atau pakan hidup dibandingkan dengan pakan yang sudah
mati (Machmud dan Rudi Hartono,
2005)
2.6
Habitat dan Siklus Hidup
Habitat alami arwana
berupa sungai-sungai yang berarus lambat, rawa-rawa dan danau dangkal dengan
kedalaman 2-3 meter. Habitat seperti ini bisa jadi menyebabkan pembawaan arwana
begitu tenang dan kalem, meskipun tidak jarang tampak akresif.
Dasar perairan tempat
hidup arwana di alam umumnya berlumpur dan terdapat tanaman air. Perairan ini
biasanya agak asam karena memiliki pH 4,5-5. Kerenanya, tidak berlebihan jika
ikan sungai ini cukup tahan terhadap serangan berbagai penyakit. Meskipun
demikian, arwana cukup sensitif terhadap perubahan kualitas air, terutama
terhadap peningkatan kadar amonia dalam air.
Arwana lebih banyak
beraktivitas pada malam hari dibandingkan dengan pada siang hari. Ikan ini
sering muncul ke permukaan air secara berkelompok. Para pemburu arwana biasanya
memanfaatkan kebiasaan ini untuk melakukan penangkapan pada malam hari
menggunakan senter atau alat penerang lainnya. Matanya akan nampak bercahaya
saat tertimpa cahaya senter di kegelapan malam. Hal ini memudahkan para pemburu
arwana untuk menangkapnya. Arwana kadang-kadang juga muncul ke permukaan air
pada siang hari. Hanya, hal ini biasa terjadi jika musim kemarau tiba. Pada
musim kemarau, ikan ini akan sering berenang di tepi perairan.
Oleh para ilmuan, arwana
juga digolongkan ke dalam famili ikan bonytongue
(lidah bertulang). Hal ini disebabkan bagian dasar mulutnya berupa tulang
yang berfungsi sebagai gigi. Dalam mencari makan, arwana termasuk tipe ikan surface feeder, yakni mencari makan di
permukaan air (Apin, 2004)
Secara alami semua kerabat
arwana hidup di sungai atau danau berarus lambat. Arwana umumnya tersebar di
beberapa negara tropis. Seperti Amerika Selatan, Afrika Tengah, sampai Afrika
Barat, Asia Tenggara, Papua Nugini, dan Australia bagian utara. Khusus untuk
arwana super red dan golden red, habitat asalnya di sungai dan danau di
beberapa kawasa Asia Tenggara seperi Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar,
Vietnam, Kambojo, serta Indo Australia. Di indonesia, arwana super red dan
golden red dapat di temukan diperairan Sumatra (Jambi, Riau, dan
Lampung) dan Kalimantan (terutama Kalimantan Barat)
Arwana super red paling
banyak menyebar di Kalimantan, terutama Kalimantan barat, lebih khusus lagi di
Sungai Kapuas Hulu, Pontianak. Sementara arwana golden red paling banyak
ditemukan hidup di perairan Jambi dan Riau (Machmud dan Rudi Hartono, 2005)
Arwana hidup di sungai
dengan dasar berbatu-batu, danau yang berpasir atau yang berlumpur, rawa dan
perairan umur yang berarus sedang atau lambat. Mampu hidup di perairan yang
sedikit asam (pH 4-6) (Dermawan, A. 2010)
BAB III
PEMBENIHAN IKAN ARWANA
3.1 Persiapan Media
Pemeliharaan
3.1.1
Pemilihan Lokasi
Menurut Momon dan R.
Hartono (2002), Pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang harus dilakukan
dalam membangun usaha pembenihan arwana. Pemilihan lokasi yang tepat dapat
menjamin keberhasilan usaha. Pemilihan lokasi juga harus mempertimbangkan
persyaratan sosial, ekonomi, maupun teknis. Persyaratan tersebut adalah sebagai
berikut:
a.mPersyaratan sosial ekonomi
Dari aspek sosial ekonomi,
lokasi usaha pembenihan arwana harus memperhatikan beberapa hal penting
berikut:
. Bukan daerah kawasan industri dan
perumahan padat
. Tidak mengganggu lahan dan pengguna
lahan di sekitarnya
. Memberi dampak positif bagi masyarakat
di sekitarnya, misalnya sebagai tenaga kerja
. Tersedia sarana jalan dan angkutan
yang memadai agar pengangkutan sarana produksi
dan pemasaran hasil lebih cepat
. Relatif aman karena usaha pembenihan
ini membutuhkan investasi yang cukup tinggi
b.mPersyaratan teknis
Persyaratan teknis yang
harus diperhatikan dalam usaha pembenihan arwana adalah sebagai berikut:
. Bukan merupakan daerah rawan banjir
. Berupa tanah persawahan dan tidak
berbatu
. Dekat dengan sumber air dan berada di
daerah aliran air
. Tersedia air yang cukup dan tidak
terlalu terpengaruh oleh musim
. Kualitas air sesuai dengan habitat
arwana dan tidak tercemar limbah rumahatangga
maupun industri
. Luas lahan disesuaikan dengan skala
usaha ekonomis
3.2.2
Alat dan Bahan
Beberapa alat dan bahan
yang harus dipersiapkan dalam pembenihan arwana adalah pompa air, aerator,
heater, termometer, kertas pH, serta bahan pelengkap lainnya
Menurut Susanto, H. (2003).
alat yang harus
dipersiapkan meliputi:
1.nAerasi
Aerator atau fibrator
gunanya untuk memasok oksigen dalam akuarium dan mengusir karbondioksida.
Aerator untuk akuarium arwana sebaiknya berukuran cukup besar agar kegunaannya
memadai. Untuk tidak menimbukan gelombang cukup besar, pada ujung selang
aerator dipasang batu aerasi yang cukup panjang
2.mFilter
Filter yang sring dipasang
untuk akuarium arwana yaitu filter tempel yang portabel atau filter gantung
yang dipasang pada bagian atas akuarium . filter ini jangan dipasang pada
akuarium untuk arwana deasa
3.mLampu
Lampu akuarium biasanya
dipasang pada penutup akuarium, sehingga tersembunyi dan hanya pantulannya saja
yang kelihatan menerangi arwana. Kehadiran lampu ini akan mempercantik
4.mTermometer
Termometer dipakai untuk
mengetahui suhu air akuarium. Arwana yang berada dalam air yang terlalu dingin
mengalami berbagai ganguan seperti misalnya sirip ekor menguncup, sungut
lunglai, dan lainnya. Dengan mengetahui sedini mungkin adanya penurunan suhu
maka kita bisa mngambil langkah yang Tepat dan tidak perlu menduga-duga
penyebab gangguan yang terjadi pada arwana
5.mHeater dan Termostat
Alat pemanas ini sering
dipakai untuk menaikkan suhu air, juga mencegah agar suhu senantiasa stabil
sepanjang hari.
6.mKertas pH dan Alat Pengukur pH lainnya
Kerta pH dibutuhkan untuk
mengetahui keasaman dari air akuarium, karena arwana membutuhkan air yang
sedikit asam sampai netral.
7.mAlat-alat Lainnya
Alat lainnya yang
dibutuhkan misalnya selang plastik penifon, ember plastik, batu apung pembersih
kaca, kain lap dan lainnya
3.1.3
Sumber air
Menurut Momon dan R.
Hartono (2002), air berfungsi sebagai media internal dan eksternal bagi ikan.
Sebagai media internal, air berfungsi sebagai mengangkut bahan makanan dan
memperlancar metabolisme dalam tubuh ikan. Sebagai media eksternal, air
berfungsi sebagai habitat ikan sehingga mutlak diperlukan. Oleh karena itu,
kualitas air menjadi syarat mutlak dalam pengembangbiakan ikan.
Kualitas air untuk
pembenihan arwana sangat ditentukan oleh sumber perolehan air. Sumber air untuk
pembenihan arwana dapat berasal dari air sungai atau air tanah. Sumber air
tersebut harus bebas dari pencemaran, baik pencemaran karena limbah industri
maupun limbah rumah tangga. Perlu dipertimbangkan pula bahwa sumber air yang
dekat dengan industri dan pemukiman penduduk padat biasanya memiliki tingkat
pencemaran yang tinggi. Untuk itu, sumber air seperti ini sebaiknya dihindari
Sumber air harus mampu
memenuhi kebutuhan air setiap saat sehingga tidak perlu tergantung pada musim.
Walaupun ketersediaan air pada musim kemarau sedikit terganggu, tetapi tidak
sampai pada keadaan yang merugikan seperti tersedianya air yang cukup untuk
dialirkan ke kolam sehingga proses sirkulasi air terganggu
3.1.4 Bak Penampungan dan Penyaringan
air
Wadah penampungan air
untuk kebutuhan pembenihan arwana dapat berupa danau buatan, kolam, atau bak
fiber. Tujuan pengadaan wadah tersebut adalah untuk memenuhi air setiap saat
dan mengantisipasi terjadinya kekurangan air, terutama pada musim kemarau.
Selain itu dengan adanya wadah tersebut kualitas air dapat dikontrol setiap
saat sebelum dialirkan ke kolam dan akuarium.
Untuk mendapatkan kualitas
air yang baik, sebaiknya dibangun pula sebuah kolam penyaringan air. Kolam ini
untuk menyaring air sebelum dialirkan ke kolam. Bahan-bahan penyaring yang digunakan adalah ijuk dan batu
kali. Bahan-bahn tersebut diletakkan dan disusun dengan baik di dasar kolam.
Bahan ijuk diletakkan paling dasar, sedangkan batu kali disusun diatasnya
3.1.4
Kolam Pembenihan
Kolam pembenihan merupakan
wadah yang digunakan untuk mempertemukan induk jantan dan induk betina arwana
yang siap memijah. Kontruksi kolam untuk pembenihan arwana tidak ada yang baku.
Namun, ukuran luas dan jumlah kolam pembenihan yang akan dibuat disesuaikan
dengan kondisi tanah (topogrsfi), luas lahan tersedia dan jumlah ikan. Kolam
dapat berbentuk huruf L, U, atau empat persegi panjang. Luas kolam kolam 375 m2,
panjang dan lebarnya masing-masing 25 dan 15 cm, serta kedalaman 3 m.
Dasar kolam sebaiknya
tetap dari tanah agar kondisi dan lingkungannya sama dengan habitat aslinya. Di
tengah kolam dibuat dinding penyekat yang sejajar dengan panjang kolam sehingga
kolam terbagi menjadi dua petak. Dinding penyekat juga dibuat dari tembok
semen. Namun, ketinggihan dinding penyekat tersebut dibagi menjadi dua. Dinding
penyekat dibuat menjadi rendah dibandingkan dinding kolam dan panjangnya hanya
mencapai ¾ panjang kolam yang dibuat untuk menyekat kolam mulai dari bagian
belakang kolam, sedangkan sisanya dibuat pematang degan dinding kolam bagian
depan dibuat tempat pompa air yang akan digunakan sebagai penghasil gelembung
udarah dalam air.
Agar terjadi perputaran
atau pergerakan (sirkulasi) air, kolam diberi saluran permukaan dan pembuangan.
Saluran masuk air dibuat dua buah, letaknya di bagian depan kolam di
maisng-masing petakan. Semantara, saluran pembuangan dibuat menjadi dua di
bagian belakang kolam, yaitu lubang pumbuangan untuk sirkulasi dan lubang
pengurasan air (outlet) masing-masih dua saluran. Saluran tersebut
masing-masing terbuat dari pipa pralon dengan ukuran diameter 4 inci.
Bagian lain dari kolam
(atap), berfungsi untuk menghindari banyaknya air hujan yang bercampur dengan
air kolam, tempat berteduh ikan dari triknya sinar matahari. Atap juga dapat
dibuat dari bahan bambu, atap kolam tidak perlu dibuat seperti pada atap
permanen. Bambu yang telah dibuat kecil-kecil dengan ukuran 3-4 cm dan panjang
4-5 m. Letakkan dan disusun secara melintang pada petakan kolam.
3.1.6 Bak Fiber
Bak fiber digunakan sebagai
tempat pengadaan calon induk atau sebagai wadah penyimpanan pakan, seperti
kodok atau udang, ukuran bak 2x2x2 m3.
3.2
Pengadaan dan Persiapan Calon Induk
3.2.1 Pengadaan Calon Induk
Calon Induk arwana dapat
diperoleh dengan membeli dari penangkar. Di antara beberapa penangkar, ada yang menyediakan
arwana dari beberapa tingkatan umur dan ukuran sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
mempersiapkan induk dapat disesuaikan dengan kondisi arwana yang diperoleh dari
penangkar. Arwana yang akan dijadikan calon induk sebiknya dipersiapkan sejak
masih berumur sekitar satu tahun sehingga calon induk yang akan diperoleh
benar-benar berkualitas baik. Kualitas induk akan mempengaruhi kualitas anakan.
Jika calon induk berasal dari ikan
berumur satu tahun maka perlu melalui tahap pembesaran lebih dahulu hingga ikan
tersebut siap dijadikan calon induk (Momon dan R. Hartono, 2002)
Induk arwana yang
produktif ialah setelah berumur 4 tahun dengan perbandingan jantan dan betina
1:1. Tanda-tanda induk yang berjodoh akan berenang berduwaan dan memisahkan
diri dari kelompok hingga saatnya waktu berpijah (Susanto, H. 2008)
Usia induk yang sudah
mendekati matang kelamin dan ideal untuk dipijahkan antara 6-7 tahun.
Memperkirakan usia induk bisa melalui panjang tubuh atau diperhitungkan sejak
mulai dipelihara. Panjang tubuh jalon induk sekitar 60-65 cm dengan berat tubuh
sekitar 4-4,5 kg (Perkasa, E. B. M. 2007)
3.2.2 Pemilihan Calon Induk
Perlu dilakukan pemilihan
ikan sebelum dijadikan calon induk. Kriteria yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:
. Umur calon induk Sekitar 7 tahun.
Panjang badannya sekitar 60 cm dan berat sekitar
4 kg.
. Calon induk harus satu spesies.
Seperti spesies Scleropages sp
sebaiknya satu strain. Hal ini dimaksudkan
agar kualitas anakan yang dihasilkan sama atau lebih
baik dari ainduknya, terutama tampilan
warnanya
. Calon induk harus sehat dan bebas
dari penyakit
. Calon induk sebaiknya sempurna dan
tidak cacat
Organ
|
Arwana Jantan
|
Arwana Betina
|
Tubuh
|
Lebih
panjang dan ramping
|
Lebih
pendek, lebar, dan agak gemuk
|
Kepala
dan mulut
|
Kepala
tambak besar dan mulutnya agak lebar karena mengerami telur dalam mulut
|
Kepala
tampak meruncing dan mulut lebih kecil
|
Toraks
(dada)
|
Lebih
panjang
|
Lebih
pendek
|
Sirip
dada
|
Lebih
panjang
|
Lebih
pendek
|
Sirip
dorsal (punggung)
|
Menyempit
|
Melebar
|
Tabel 1. Ciri-Ciri Morfologis Ikan
Arwana Berdasarkan Jenis Kelamin
(Sumber: http://Google.com)
3.2.3
Pengelolaan Air Induk
a. Kualitas air
Menurut Apin (2004), kualitas
air cukup berpengaruh pada penampilan arwana. Kualitas air yang buruk selain
dapat mengganggu kesehatan, juga dapat menyebabkan kulit arwana tidak cerah.
Bahkan, tak jarang buruknya kuailitas air dapat mengakibatkan kamatian. Ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan sehubungan dengan kualitas air, yakni
suhu, derajat keasaman (pH), kadar O2 terlarut, kadar CO2, dan
tingkat kekeruhan.
Menurut Momon dan R. Hartono (2002),
kualiats air untuk pembenihan sebagai berikut:
Parameter
|
Kualitas yang sesuai
|
Suhu (o C)
|
27 – 29
|
Derajat Keasaman (pH)
|
6,5 – 7,5
|
Kesadahan (odH)
|
3 – 5
|
Kandungan O2 (ppm)
|
>5
|
Kandungan O2 (ppm)
|
<12
|
Tabel 2.
Kualitas Air Untuk Pembenihan Arwana
(Sumber: http://Google.com)
b.aSuhu air
Suhu air untuk pembenihan
arwana adalah 27-29o C. Agar suhu tetap stabil, sebaiknya dilakukan
pengontrolan setiap saat, terutama pada siang dan malam hari atau saat terjadi
hujan labat. Perubahan suhu pada waktu-waktu tersebut cukup rentan. Sebaiknya
suhu air pada siang hari maksimal 29-30o C dan pada malam hari dan
saat hujan lebat minimal 27o C. Terjadinya hujan akan menyebabkan
perubahan (fluktasi) suhu yang besar.
c.nDerajat keasaman air
Derajat keasaman air (pH) yang
sesuai untuk pembenihan arwana adalah 6,5-7,5. Untuk menjaga agar pH air di
kolam tetap stabil dan berada pada kisaran angka ideal, sebaiknya dilakukan
pengontrolan setiap hari atau tergantung kebutuhan. Pengontrolan pH bukan hanya
di kolam, tetapi juga pada sumber air karena setiap saat air mengalir ke kolam.
Alat untuk mengukur pH air
adalah kertas pH. Kertas pH tersebut dicelupkan ke dalam air sehingga akan
berubah warna sesuai dengan derajat keasaman air. Warna kertas dicocokkan
dengan warna pada kotak kertas yang memiliki skala angka mulai dari angka 1
hingga angka 14. Jika hasil pengontrolan masih berkisar pada angka ideal,
berarti kualitas air masih baik.
Air hujan yang terlalu
banyak dan bercampur dengan air kolam dapat menurunkan pH air karena air hujan,
terutama di daerah-daerah tertentu sifat asam.
d.aKandungan Oksigen (O2) Terlarut
Kandungan oksigen (O2)
terlarut dalam air sangat dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu air,
semakin berkurang kadar oksigennya. Pasalnya, setiap kenaikan suhu 1% C memerlukan
peningkatan kadar O2 terlarut sebanyak 10%.
Kandungan O2
terlarut dalam air mencukupi atau tidak dapat dilihat dari perilaku arwana,
teruama dari cara bernafasnya. Arwana yang mengalami gangguan pernapasan,
insangnya akan membuka dan menutup dengan cepat. Arwana juga cederung berenang
mendekati permukaan air untuk mendapatkan O2.
Kadar O2
terlarut dalam air untuk ikan rata-rata 5 ppm (part per milion). Arwana masih mampu bertahan hidup dalam air
dengan kadar O2 terlarut dibawah 4 ppm, tetapi nafsu makannya akan
menurun (Apin, 2004)
3.2.4 Pemberian Pakan
Pakan memegang peranan
penting untuk perkembangan calon induk arwana. Dengan pemberian pakan secara
rutin dan maksimal diharapkan induk arwana tetap sehat, kuat, dan tidak mudah
terserang penyakit. Pakan yang dibutuhkan induk arwana dalam kolam pembenihan
sekitar 1 kg kodok besar per hari untuk 10 pasang induk atau 20 ekor arwana.
Pemberian dilakukan dengan cara melemparkan pakan sedikit demi sedikit hingga
habis (Momon dan R. Hartono, 2002)
Frekuansi pemberian pakan
pada arwana memang tidak diberiakan patokan yang pasti. Pemberian pakan
diberikan antara 3-4 hari kali sehari, yaitu pagi, siang, dan malam hari (Susanto,
H. 2003)
3.2.5 Pemasukkan Calon Induk ke Kolam
Calon induk arwana yang
telah dipilih kemudian dimasukkan ke dalam kolam pembenihan secara
bersama-sama. Jumlah calon induk jantan sama dengan jumlah jalon induk betina.
Langkah ini dimaksudkan untuk menghindari sifat arwana yang kanibal terhadap
arwana lain.
Sebagai
gambaran bahwa untuk ukuran kolam seluas 375 m2 dengan kedalaman 3 m
sebaiknya diisi 10 pasang calon induk atau 20 ekor arwana dewasa. Populasi
tersebut diharapkan masih dapat memberi ruang gerak yang leluasa. Selain itu,
juga mempermudah setiap pasangan ikan mencari tempat yang sesuai dalam
pemijahan.
3.2.6 Perawatan Calon Induk di Dalam
Kolam
Proses pembenihan arwana
mulai dari memasukkan calon induk hingga induk mengerami dan menetaskan telur,
memerlukan waktu yang cukup lama, yaitu antara 1-3 tahun. Oleh kerena itu,
selama proses tersebut calon induk arwana memerlukan perawatan yang baik dan
teratur agar lebih cepat memijah dan menghasilkan anakan dengan kualitas
minimal sama dengan induknya.
3.3 Proses Pembenihan
Arwana
3.3.1 Perilaku Calon Induk Sebelum Memijah
Calon induk arwana yang
telah dimasukkan ke dalam kolam akan melakukan proses adaptasi hingga induk
memijah, bertelur, dan menghasilkan larva.
Pada tahap awal, calon
induk arwana akan mencari pasangan masing-masing dengan cara saling
kajar-mengejar satu dengan yang lain. Calon induk jantan akan saling
memperebutkan calon induk betina. Bahkan sebagian calon induk jantan akan
melalui pertarungan untuk mendapatkan pasangannya. Calon induk jantan yang
telah menemukan pasangannya akan selalu terlibat bersama-sama dan berpasangan
di pingir-pingir kolam.
Selanjutnya, calon induk
yang telah memiliki pasangan akan membentuk koloni atau kelombok. Pasangan
calon induk yang lemah akan berkumpul dengan sesama calon induk yang lemah.
Begitu pula dengan calon induk yang kuat, akan membentuk kelompok dengan yang
kuat. Masing-masing kelompok akan memilih tempat yang berbeda untuk berkumpul.
Sifat dasar dari pasangan
calon induk yang berjodoh akan selalu
bersama-sama dan tidak akan berpindah ke pasangan yang lain. Setelah calon
induk menemukan pasangan dan kelompoknya masing-masing maka setiap pasangan
akan mencari tempat yang sejuk dan berair mengalir untuk melakukan pemijahan.
Bila ada induk lain yang mendekat, pasangan tersebut akan menjadi galak. Mulai
dari proses perkenalan hingga mendapatkan pasangan dan siap melakukan pemijahan
membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bisa mencapai kurang lebih satu tahun.
3.3.2 Pemijahan Induk Arwana
Pemijahan merupakan proses
pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan yang
diikuti dengan perkawinan. Pemijahan merupakan salah satu bagian dari proses
siklus hidup arwana dalam menemukan kelangsungan hidupnya.
Pemijahan terjadi pada
induk arwana di dalam kolam pada dasarnya disebabkan oleh faktor dari dalam (endogenus) dan faktor dari luar (exogenus). Faktor dari dalam terjadi
karena adanya pelepasan hormon gonadotropin
(GtH) pada organ target akibat kematangan gonad (sel kelamin) yang dipengaruhi
oleh Gonadodtropin Realising Hormon (GnRH)
dan Gonadotropin Realising Inhibiting
Hormonm (HnRIF). Sementara, faktor dari luar terjadi karena adanya stimuli
(rangsangan) lingkungan seperti curah hujan, suhu, pH, dan kondisi air yang
mengalir. Kematangan gonad dan adanya ransangan dari lingkungan menyebabkan
terjadinya ovulasi pada induk arwana yaitu pelepasan sel telur oleh induk
betina
Induk arwana yang ada di
kolam tidak memijah secara serentak (sekaligus) dalam satu musim pemijahan,
melainkan bergantian pada setiap musim. Dari 10 pasang induk arwana yang ada di
dalam kolam, yang melakukan pemijahan berkisar antara 3-5 pasang dalam setahun
atau setiap periode pemijahan sekitar 1-3 psang induk.
Induk betina pada umumnya
menghasilkan telur lama musim hujan berlangsung. Dalam satu kali musin hujan,
induk betina dapat bertelur rata-rata dua kali. Induk betina akan menghasilkan
telur kembali setelah induk jantan menetaskan anaknya. Untuk musim kemarau induk
betina sangat jarang menghasilkan telur, walaupun terkadang ada pula yang
menghsilkan telur.
Biasanya induk arwana memijah
stelah ada hujan selama kulang lebih dua hari sampai air menjadi agak dingin
yaitu sekitar 27oC. Setelah itu, tidak terjadi hujan selama kurang
lebih dua sampai tiga minggu sehingga suhu air naik menjadi sekitar 29oC.
Konsisi tersebut sangat mendukung keberhasilan pemijahan karena bila hijan
terus-menerus, telur akan terganggu oleh sifat asam air hujan dan telur menjadi
busuk sebaliknya, bila panas terus-menerus, telur akan mengalami percepatan
menetas sebelum waktunya sehingga larva yang di hasilkan mudah mati.
Proses pemijahan diawali
dengan induk jantan dan betina yang berjodoh dan selalu berpasangan,
selanjutnya akan berenang beriringan menyusuri tepi-tepi kolam. Di sekitar air
yang kondisinya mengalir, induk jantan dan betina saling bercumbu dan
bercengkraman hingga berhimpitan dan saling menempel. Pada saat itu, proses
perkawinan oleh induk jantan dan betina berlangsung. Induk betina akan
mengeluarkan sel telur dan induk jantan akan mengeluarkan dan menyemprot
spermanya ke sel telur terus hingga terjadilah peristiwa pembuahan antara sel
telur dengan sperma. Pada saat peristiwa itu terjadi air di sekitar tempat
pemijahan akan berbuih. Buih tersebut merupakan sperma induk jantan. Proses
pembuahan tersebut berlangsung di dasar kolam dan membutuhkan waktu sekitar
20-30 detik. Proses pemijahan hingga terjadi pembuahan membutuhkan waktu kurang
lebih 3 bulan (Momon dan R. Hartono, 2002)
Matang gonad terjadi pada
arwana yang berumur empat tahun dengan panjang tubuh 45-60 cm. Pemijahan arwana
terjadi sepanjang tahun dan mencapai puncaknya antara Juli dan Desembar (Wibawa,
S. 2013)
3.3.3 Pengeraman dan Penetasan Telur
Fekunditas atau jumlah
telur yang dihasilkan induk arwana sangat ditentukan oleh umur, bobot ikan,
makanan, dan sifat ikan. Induk arwana yang pertama kali memijah menghasilkan
telur relatif sedikit dibandingakan dengan induk arwana yang telah beberapa kali
memijah. Jumlah telur akan meningkat hingga mencapai umur tertentu.
Selanjutnya, jumlah telur yang dihasilkan akan berkurang kembali.
Telur-telur yang
dihasilkan oleh induk arwana dari proses pembuahan yang masih berada di dasar
kolam akan diambil oleh induk jantan dan disimpan di dalam mulutnya (kantong
telur). Proses pengeraman telur berlangsung dalam mulut induk jantan (mouthbrooder dan mouthbreeder). Masa
pengeraman telur berlangsung kurang lebih 41 hari yang dihitung dari masa
pertumbuhan (Momon dan R. Hartono, 2002)
Rata-rata jumlah telur
yang dihasilkan oleh seekor induk arwana adalah 20-55 butir per tahun dengan
persentase telur yang menetas dan hidup menjadi arwana remaja tidak lebih dari 50%
(Machmud dan Rudi Hartono, 2005)
Induk jantan yang sedang
mengerami telur, tubuhnya kelihatan kurus tidak makan. Namun, mulutnya lebih
besar karena rahang bawahnya menggelembung. Semantara itu, induk betina akan
terus menjaga dan melindungi induk jantan dari gangguan di sekitarnya, terutama
gangguan dari arwana lainnya.
Pada saat telur dierami di
dalam mulut induk jantan terjadilah proses embriogenesis
yang berlangsung singkat. Proses tersebut merupakan pertumbuhan embrio
dalam telur. Setelah mengalami prosese embriogenesis,
telur akan menetas menjadi larva. Semua larva tetap tersimpan dalam mulut induk
jantan hingga larva tersebut mampu berenang. Pada saat itu anakan telah
mencapai ukuran sekitar 2-7 cm.
Dalam mulut induk jantan
sebenarnya berlangsung dua fase pertumbuhan anakan, yaitu fase pro-larva dan
fase post-larva. Pada fase pro-larva, bagian tubuh larva (perut) masih menempel
pada kuning telur, sedangkan pada fase post-larva kuning telur yang menempel di
bagian perut larva telah habis diserap oleh larva (Momon dan R. Hartono, 2002)
3.3.4 Cara dan Waktu Pemanenan Larva
Mengetahui saat panen yang
tepat bagi induk arwana memang agak sulit. Oleh karena itu, induk-induk arwana
yang ada di dalam kolam sebaiknya diperhatikan dan dikontrol secara rutin
sehingga keadaan induk dapat diketahui jika sedang mengerami telur.
Sebagai bahan acuan,
pemanenan sebaiknya dilakukan sebelum masa pengeraman habis. Sekitar 25-30 hari
sejak proses pembuahan terjadi, larva dalam mulut induk dipanen kemudian dipindahkan
ke akuarium. Kondisi larva pada waktu pemanenan masih berada dalam fase-larva.
Pemanenan larva dilakukan
dengan cara manual. Pada tahap awal, air kolam diturunka hingga 50% dari
ketinggian semula. Selanjutnya, induk-induk jantan yang sedang mengerami
digiring ke bagian depan kolam (bagian depan) dengan menggunakan jala atau tirai jaring. Serok dilakukan pada permukaan
air kolam sehingga induk yang terjaring masih dapat berenang.
Selanjutnya dilakukan
penyaringan induk yang sedang mengerami dan siap panen. Dalam penyortiran,
induk arwana ditangkap satu per satu dengan mengunakan tangan. Selanjutnya
tubuh induk dielus-elus dan mulutnya dibuka secra berlahan-lahan untuk dilihat
telurnya. Jika telur di dalam mulut induk jantan belum memiliki tanda berupa
dua bintik hitam (yang berarti sudah berbentuk larva) maka induk sebaiknya
segera dilepas kembali ke kolam. Namun, jika telur sudah menjadi larva, secara
hati-hati dikeluarkan dari mulut induk. Pengeluaran larva dari mulut induk
dilakukan di dalam serok. Larva yang berhasil dikeluarkan secepatnya dimasukkan
ke dalam akuarium dengan menggunakan wadah kecil berisi air bersih. Jumlah
larva yang dipanen dari satu ekor induk sekitar 20-40 ekor larva. Setelah larva
dikeluarkan semua induk kembali dilepas ke dalam kolam.
Pemanenan dimulai sore
hari sekitar pukul 18:00 dan menghabiskan waktu sekitar 4-5 jam. Pemanenan
dilakukan pada malam hari karena beberapa pertimbangan. Pada malam hari, induk
lebih jinak dan cenderung mengapung di permukaan air sehingga mudah dikendali.
Selain itu, pemanenan pada malam hari lebih jelas. Saat pemanenan berlangsung dibantu
dengan alat penerang lampu sorot.
Keuntungan yang diperoleh
dari pemanenan sebelum masa pengeraman habis di antaranya adalah jumlah pakan
yang akan diperoleh lebih banyak, yaitu mencapai 90-100% dari jumlah telur yang
dierami. Sementara, jika induk dibiarkan mengeluarkan anaknya sendiri, jumlah
anakan yang berhasil hidup sangat sedikit yaitu berkisar 30-50% karena harus
melalui seleksi di dalam mulut induknya. Selain itu, bila terlambat dipanen dan
melewati masa pengeraman, induk jantan akan mengeluarkan anank-anaknya sendiri
(kanibal). Resiko, waktu panen yang dipercepat tersebut juga memiliki resiko
kegagalan, misalnya kemungkinan larva mati akibat cara panen yang salah.
3.3.5 Perawatan Larva
Larva yang dipanen dari
mulut induk jantan arwana sebenarnya belum waktunya untuk dipanen bila dilihat
dari masa pengeraman telur oleh induk jantan. Dengan demikian, yaitu fase
pro-larva dan fase post-larva. Larva yang dipanen tidak semuanya sehat. Dalam
proses pertumbuhannya pasti di antara anakan ada yang mati atau cacat. Oleh
kerena itu, untuk menghindari hal-hal tersebut perlu dilakukan perawatan dengan
baik.
1.aPerawatan
pro-larva
Pada fase pro-larva bagian
tubuh larva (kantong perut) masih menempel kuning telur. Dalam hal ini, larva
tidak memerlukan makanan tambahan dari luar tubuh sehingga dalam perawatannya
diperlukan perhatian yang intensif terhadap kondisin kesehatan larva dan
kualitas airnya. Pada fase ini daya hidup larva (survival rate) sekitar 75-90%.
Larva yang selesai dipanen
langsung dimasukkan ke dalam akuarium dengan volume air akuarium sebanyak 100
liter. Setiap akuarium dapat diisi larva antara 10-15 ekor. Jumlah larva dalam
akuarium termasuk jarang. Hai ini dimaksudkan untuk mempermudah pengamatan.
Pada fase ini, perawatan
dititikberatkan pada kualitas air. Oleh karena itu, air yang akan digunakan
sebaiknya merupakan air tanah yang telah disaring dan diendapkan terlebih
dahulu. Selain itu, kondisi air harus sesuai dengan yang diinginkan larva,
yaitu suhu sekitar 28o C dengan pH 6,5-7. Perubahan suhu
secara tiba-tiba dapat menyebabkan larva stres dan mengalami kematian. Untuk menjaga suhu
agar tetap stabil, sebaiknya di dalam akuarium dipasang heater yang di fungsihkan terus-menerus selama 24 jam dan lampu
akuarium yang dinyaakan pada malam hari. Begitu pula dengan pH air harus
dikontrol setiap saat. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen, sebaiknya di
akuarium terdapat penyuplai oksigen
berupa aerator yang dihubungkan dari blower
dengan menggunakan pipa pralon.
Untuk menjaga kualitas
akuarium, penggantian air secara teratur dan kontinou menjadi sangat penting.
Penggantian air sebaiknya dilakukan 3 kali sehari, yaitu pada waktu pagi (pukul
07:00), siang (12:00), dan sore hari (17:00). Pergantian air dilakukan dengan
cara menyedot air akuarium dengan menggunakan selang hingga mencapai batas
ketinggian 2 cm. Setelah itu, air penganti dialirkan masuk dengan menggunakan
selang yang dihubungkan dengan sumber air. Pada saat air dimasukkan ke
akuarium, penyedotan air tetap dilakukan hingga kotoran yang masih mengendap
terbuang semuanya. Setelah kelihatan bersih, akuarium diisi air sampai mencapai
ketinggian seperti semula.
Perawatan larva dilakukan
hingga kuning telur yang menempel di tubuh larva habis terserap atau umur larva
kurang lebih satu setengah bulan dan panjang larva pada saat itu telah mencapai
6-8 cm.
2.aPerawatan
post-larva
Fase post –larva adalah
fase kuning telur yang menempel pada tubuh larva telah habis dan larva sudah
dapat berenang. Anakan arwana tersebut sudah dikatagoriakn sebagai benih arwana.
Mulai fase ini, benih arwana membutuhkan tambahan pakan dari luar tubuh.
Perawatan benih arwana
pada dasarnya sama dengan perawatan pada pro-larva. Suhu dan pH air yang
diinginkan juga sama. Namun, saat benih mencapai umur sekitar 5 bulan mulai
dipisahkan. Setiap benih ditempatkan di dalam masing-masing akuarium yang
tertutup. Pengantian air akuarium hanya dilakukan 2 kali sehari, yaitu setelah
pemberian pakan.
3.3.6
Pemberian Pakan Larva
Pemberian pakan pada
arwana baru dilakukan setelah kining telur yang menempel di tubuh larva habis.
Pemberian pakan dimulai satu minggu setelah cadangan makanan habis. Benih
diberi pakan berupa ikan guppy atau udang yang masih kecil dengan ukuran 1-2
cm.
Sebelum diberikan benih
pakan terlebih dahulu dicuci dengan air bersih agar terhindar dari penyakit,
pakan yang diberikan secukupnya, pakan diberikan dua kali sehari, yaitu pada
pagi sekitar pukul 08:00-09:00 dan sore sekitar pukul 16:00-19:00 (Momon dan R.
Hartono, 2002)
3.4
Pengendalian Hama dan Penyakit
Menurut Wibawa, H. (2013),
ada dua penyebab yang menjadikan arwana menderita penyakit, yaitu:
.
Organisme parasiter.
Berasal di virus, bakteri, jamur , cacing atau protozoa
.
Organisme Non-Parasiter.
Faktor lingkungan, makanan dan keturunan, misalnya karena guncangan suhu,
penurunan pH, keracuanan, tidak mau makan, kekurangan oksugen, dan lain-lain.
1.aPenyakit
gigit ekor
Penyakit yang sering
menghampiri arwana adalah penyakit gigit ekor. Sebelum menderita penyakit ini
biasanya arwana akan menunjukkan perilaku yang lain dari biasanya. Arwana
kelihatan gelisah dan ditandai dengan berenang hilir mudik ke sana ke sini.
Beberapa hari kemudian sirip ekor akan merobek-robek selaputnya sehingga mirip
sisir karena yang tertinggal hanyalah jari-jari sirip, penyakit gigit ekor ini
kemungkinan disebabkan sejenis parasit yang menempel pada ekor arwana yang
menyebabkan rasa gatal yang tidak tertahankan.
Pengobatannya dengan
memindahkan arwana ke dalam akuarium yang steril yang sudah diisi dengan air
yang memenuhi syarat. Masukkan sekitar 20 tetes obat Tropical Fish Medicine dan
biarkan arwana tetap didalamnya dalam beberapa hari (Susanto, H. 2003)
2.aMata
juring
Mata juling pada arwana
terjadi akibat kesalahan perawatan. Salah satu kesalahan perawatan yang
dilakukan adalah pemberian pakan yang yang diposisinya berada di dasar akuarium
seperti udang atau cacing. Mengobati penyakit mata juling hanya dengan cara
operasi. Operasi tersebut membutuhkan waktu 10-15 menit. (Machmud dan Rudi
Hartono, 2005)
Menurut Wibawa, H. (2013),
jenis-jenis penyakit yang siap menyerang arwana, yaitu:
.
Gigit Ekor. Gejalahnya
muncul perilaku lain dari biasanya.
.
Tutup Insang Melengkung. Disebabkan
buruknya kualitas air di dalam akuarium, terutama suhunya.
Penyebab lain karena pemberian ibat yang melampoi dosis, serangan jenis bakteri, atau rendahnya kandungan oksigen.
.
Mogok Makan. Biasanya karena terlalu sering
diberikan kelabang hidup.
.
Dubur Memerah dan Membengkak.
Diberikan makanan yang dibrikan tidak bersih.
Akibatnya, pencemaran terganggu sehingga arwana kesulitan a mengeluarkan ekskresinya.
.
Sisik Berdiri.
Biasanya disebabkan oleh lingkungan yang terlalu kotor. Pergantian air secara rutin dapat menghindari arwana dari penyakit
ini.
.
Tulang Punggung Bengkok. Disebabkan
serangan bakteri yang masuk ke dalam tubuh arwana
sehingga mengakibatkan pertumbuhan punggung tidak normal.
.
Ekor Patah. Disebabkan akuarium yang terlalu
sempit dan penanganan kurang baik.
.
Sungut Tampak Pendek. Disebabkan ukuran akuarium yang
terlalu kecil.
.
Ekor dan Sirip Mengerut. Disebabkan air di dalam akuarium yang
terlampau kotor atau suhu yang terlalu
rendah.
.
Sungut Menjorok ke Bawah. Pertanda
arwana berada di lingkungan yang tidak semestinya.
Penanganan
Kesehatan:
Obat-obatan untuk ikan
arwana bisa dibedakan menjadi dua, yaitu obat-obatan standar yang belum
dicampur dengan aquadesa atau aquabides dan obat-obatan siap pakai.
3.5
Panen
3.5.1 Pengemasan benih
Air yang digunakan dalam
pengemasan sebaiknya berasal dari air yang telah diendapkan selama sehari
semalam. Air harus dalam keadaan jernih dengan pH netral. Dangan kualitas air
baik maka benih tetap sehat dan tidak akan stres selama berada dalam kantong
plastik.
Beberapa faktor lain yang
harus diperhatikan sehubungan dengan pengemasan benih di antaranya adalah
penyuntikan microchip, pemberokan
benih, jenis kemasan, dan cara pengemasan (Menurut Wibawa, S. 2013)
1.aPenyuntikan microchip
Pengiriman arwana terbagi
dua, yaitu pengiriman antar kota dan keluar negeri (ekspor). Khusus untuk
penjualan arwana Golden Red dan Super Red, setiap pengiriman harus melapor
terlebih dahulu ke Departemen Kehutanan Bidang Konsevasi Sumber Daya Alam
(KSAD) setempat. Untuk mengirim ke luar negeri harus mengajukan permohonan untuk
mendapatkan formalin C (Perkasa, E. B. M. 2007)
Microchip merupakan label yang berupa angka 10
digit sesuai sertifikat. Microchip berbentuk
kapsul plastik yang di dalamnya terdapat kumparan kawat tembaga dan maknet. Microchip memiliki ukuran kurang lebih 7
mm sehingga baru dapat dilihat dalam tubuh ikan apabila dibantu dengan sejenis
alat baca (readar).
Sebelum dikemas, benih
arwana terlebih dahulu diberi atau disuntik dengan microchip. Caranya, benih arwana ditangkap denagn hati-hati selanjutnya
dimasukkan ke dalam plastik yang berisi es kemudian dibius. Setelah pingsan,
benih dipindahkan ke adah yang cukup longgar. Benih kemudian disuntik dengan microchip. Penyuntikan dilakukan pada
bagian tubuh ikan yang berdaging tebal. Microchip
disuntikan agak dalam agar tidak mudah terkelepas. Setelah disuntik, benih
dipindahkan ke akuarium yang airnya telah diganti dan diberi antibiotik berupa
tetrasiklin (Momon dan R. Hartono, 2002)
2.sPemberokan benih
Sebelum dimasukkan kedalam
plastik, ikan dipuasakan terlebih dahulu. Untuk arwana ukuran 20 cm dipuasakan
minimal 2 hari (Perkasa, E. B. M. 2007)
Benih arwana yang berumur
8 bulan hingga satu tahun sebaiknya diberok selama 3 hari. Pemberokan merupakan
perlakuan tidak memberi pakan tambahan pada benih dalam jangka waktu tertentu.
Tujuannya untuk mengurangi jumlah kotoran yang ada dalam perut
ikan sehingga pada saat pengemasan ikan tidak mengeluarkan kotoran sehingga
dapat mempercepat penurunan kualitas air (Momon dan R. Hartono, 2002)
3.5.2 Jenis Kemasan dan Cara
Pengemasan
Ikan dimaukkan ke dalam
plastik polietilene (PE) ukuran 140 cm x 70 cm yang berisi air 1/3 bagian atau
kira-kira 18 liter air. Setiap kantong dapat diisi 3-4 ekor ikan. Untuk menurunkan
kadar amoniak dalam air akibat sekresi ikan, masukkan ammonia chlorina dosis 5 ml/3,7 1 air. Selanjutnya pegang ujung
plastik dan masukkan selang dari tabung oksigen. Hembuskan oksigen dengan
perbandingan air dan oksigen 1:3. Terakhir, ikat kuat-kuat plastik dengan
karet.
Masukkan palstik ke dalam box stereofoam, lalu selipkan potongan stereofoam di antara plastik agar
plastik tetap pada tempatnya. Selanjutnya masukkan bongkahan es yang sudah
dibungkus plastik di setiap sudut boks. Tutup bongkahan es dengan kertas koran
agar es tidak lekas mencair. Sebelim box ditutup, rekatkan heat pack pada bagian dalam tutup boks. Heat pack merupakan bahan kimia yang dapat mempertahankan suhu
udara dalam boks (Perkasa, E. B. M. 2007)
Sebelum dus ditutup rapat,
di sela-sela kantong plastik tersebut diletakkan es sebanyak 1 kg yang telah
diberi garam secukupnya (Momon dan R. Hartono, 2002)
Pengepakan harus dilakukan
dengan hati-hati agar ikan tidak stres selama perjalanan. Gunakan lakband warna
kuning untuk menutup sela antara boks dan penutup. Selanjutnya lingkari box
dengan lakband untuk menjaga kamanan agar penutup boks tidak terbuka. Pada
bagian atas diberi tanda tulisan ’’Live Tropical Fish’’ untuk memenuhi
persyaratan penerbangan. Pada kedua sisi boks dibuat tanda anak panah menunjuk
ke arah penutup dan tulis ’’This Way Up’’ agar boks selalu diletakkan dalam
posisi yang benar.
Buat tulisan agak besar
agar mudah terbaca. Setelah selesai semuanya, arwana siap dikirim. Arwana yang
dikemas dengan cara seperti ini dapat bertahan sekitar 18 jam (Perkasa, E. B.
M. 2007)
DAFTAR PUSTAKA
Apin.
2004. Memilih Anakan dan Meningkatkan
Kualitas Arwana. PT AgroMedia Pustaka.
Jakarta.
85 Hal
Dermawan, A. 2010 Jenis-jenis Ikan Yang Dilindungi Dan Masuk Dalam Appendiks Cites. Direktoral Konservasi dan Taman
Nasional Laut Direktorat Jenderal Kelautan dan
Perikanan. Jakarta. Hal 13-25
Susanto, H. 2008 Panduan Memelihara Arwana. Penebar Swadaya, Wisma Hijau Jl. Raya Bogor Km. 30 Mekarsari, Cimanggis. Depok
Susanto, H. 2003 Arwana. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI Redaksi. Wisma Hijau, Jl Raya Bogor Km 30, Mekarsari Cimanggis. Depok
Machmud dan Rudi Hartono. 2005. Arwana Super Red dan Golden Red. Penebar
Swadaya. Depok. 75 Hal
Perkasa E, B. M. 2007. 57 Permasalahan Arwana dan Solusinya.
Penebar Swadaya. Depok
Momon dan R. Hartono. 2002. Pembenihan Arwana. Penebar Swadaya.
Depok
Wibawa, S. 2013. Panduan Memelihara dan Merewat Arwana. Terra Media. Yogyakarta
Suwandi. 2009. ARWANA PANDUAN UNTUK
HOBI DAN BISNIS. Penebar Swadaya. Bogor
Sudarto, Y. 2005) Ikan Siluk Arwana Indonesia. Kanisius. Yogyakarta
No comments:
Post a Comment